BAB I
I.
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Di dalam makalah ini mencakup komunikasi kelompok dan
organisasi. Komunikasi kelompok merupakan interaksi secara tatap muka antara
tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi
informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat
mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.
Sedangkan komunikasi organisasi merupakan pengiriman dan penerimaan berbagai
pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi. Dan masih banyak yang lain yang berhubungan dengan komunikasi
kelompok dan organisasi. Maka dari itu di dalam makalah ini membahas lebih
mendalam tentang komunikasi kelompok dan organisasi.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimanakah
konsep dari komunikasi kelompok?
2.
Apa saja yang
dipelajari di dalam komunikasi organisasi?
3.
3. Bagaimana
format interaksi komunikasi organisasi?
C.
TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui konsep dari komunikasi kelompok.
2.
Untuk
mengetahui tentang apa saja yang terkait dalam komunikasi organisasi.
3.
Untuk
mengetahui format interaksi komunikasi organisasi.
BAB II.
PEMBAHASAN
A.
KONSEP
KOMUNIKASI KELOMPOK
1. PENGERTIAN
2.
Komunikasi
kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu
kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya
(Anwar Arifin, 1984). Michael Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan
komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau
lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga
diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat
karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat. Kedua definisi
komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap
muka, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu umtuk mencapai tujuan
kelompok.
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
Sifat-sifat komunikasi kelompok sebagai berikut:
a. Kelompok berkomunikasi melalui tatap muka;
b. Kelompok memiliki sedikit partisipan;
c. Kelompok bekerja di bawah arahan seseorang
pemimpin;
d. Kelompok membagi tujuan atau sasaran bersama;
e. Anggota kelompok memiliki pengaruh atas satu sama
lain.
2.
PRINSIP DASAR
KOMUNIKASI KELOMPOK
Kelompok merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari
aktivitas kita sehari-hari. Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder,
merupakan wahana bagi setiap orang untuk dapat mewujudkan harapan dan
keinginannya berbagi informasi dalam hamper semua aspek kehidupan. Ia bias
merupakan media untuk mengungkapkan persoalan-persoalan pribadi (keluarga sebagai
kelompok primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengethuan para
anggotanya (kelompok belajar) dan ia bias pula merupakan alat untuk memecahkan
persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota (kelompok pemecahan masalah).
Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam seuatu
kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. Orang yang
memisahkan atau mengisolasi dirinya dengan orang lain adalah orang yang
penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat
dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman tersebut, yaitu :
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman tersebut, yaitu :
·
Elemen
pertama adalah interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang
penting, karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara
kelompok dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan
orang yang secara serentak terkait dalam aktivitas yang sama namun tanpa
komunikasi satu sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif
mendengarkan suatu perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai
kelompok. Mereka dapat dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai
mempertukarkan pesan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lain.
·
Elemen yang
kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi untuk jangka waktu yang
singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok. Kelompok mempersyaratkan
interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan
dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang
bersifat sementara.
·
Elemen yang
ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan dalam komunikasi kelompk. Tidak ada
ukuran yang pasti mengenai jumlah anggota dalam suatu kelompok. Ada yang
memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan
jumlah anggota tersebut, muncul konsep yang dikenal dengan smallness, yaitu
kemampuan setiap anggota kelompk untuk dapat mengenal dan memberi reaksi
terhadap anggota kelompok lainnya. Dengan smallness ini, kuantitas tidak
dipersoalkan sepanjang setiap anggota mampu mengenal dan memberi rekasi pada
anggota lain atau setiap anggota mampu melihat dan mendengar anggota yang
lain/seperti yang dikemukakan dalam definisi pertama.
·
Elemen
terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa keanggotaan dalam suatu
kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat
mewujudkan satu atau lebih tujuannya.
3.
KLASIFIKASI
KELOMPOK DAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASINYA
Telah banyak klasifikasi kelompok yang dilahirkan oleh para
ilmuwan sosiologi, namun dalam kesempatan ini kita sampaikan hanya dua
klasifikasi kelompok.
a. Kelompok primer dan sekunder
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam
Jalaludin Rakhmat, 1994) mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu kelompok
yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh hati dalam
asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang
anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh
hati kita. Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik komunikasinya,
sebagai berikut:
1.
Kualitas
komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam, artinya
menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi, menyingkap unsur-unsur
backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana privat saja). Meluas,
artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan cara
berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
2.
Komunikasi
pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok sekunder
nonpersonal.
3.
Komunikasi
kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada aspek isi, sedangkan
kelompok primer adalah sebaliknya.
4.
Komunikasi
kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok sekunder instrumental.
5.
Komunikasi
kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok sekunder formal.
6.
Kelompok
keanggotaan dan kelompok rujukan.
b. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright (1980)
membagi kelompok menjadi dua: deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif
menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara
alamiah. Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh
anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright
mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar,
simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
4.
FUNGSI
KOMUNIKASI KELOMPOK
a.
Fungsi
pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti bagaimana suatu
kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan sosial di antara para
anggotanya seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan
kepada anggotanya untuk melakukan sktivitas yang informal, santai dan
menghibur.
b.
Pendidikan
adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana sebuah kelompok secara
formal maupun informal bekerja unutk mencapai dan mempertukarkan pengetahun.
Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhan-kebutuhan dari para anggota kelompok,
kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi. Namun
demikian, fungsi pendidikan dalam kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan
atau tidak, bergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah informasi baru yang
dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok serta frekuensi interaksi di
antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika
setiap anggota kelompk membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa
pengetahuan baru yang disumbangkan msing-masing anggota, mustahil fungai
edukasi ini akan tercapai.
c.
Dalam fungsi
persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan anggota lainnya
supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat
usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima
oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut
terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka
justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan menciptakan suatu konflik,
dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok.
d.
Fungsi
keompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan
dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan
dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya;
sedangkan pembuatan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan
antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahn masalah menghasilkan materi atu bahan
untuk pembuatan keputusan.
e.
Terapi adalah
fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok
lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok
terapi adalah membantu setiap individu mencapai perubahan personalnhya.
Tentunya, individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya
guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalh membantu dirinya sendiri,
bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini
adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok
perokok berat dan sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi
dikenal dengan nama pengungkapan ciri (self disclosure). Artinya, dalam suasana
yang mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka
tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota
dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi
terapi yang akan mengaturnya.
Dalam organisasi, komunikasi berfungsi untuk :
1.
Pengaturan
dan operasi, yakni untuk kepentingan penyelesaian pekerjaan dan membereskan tugas
demi pencapaian tujuan.
2.
Inovasi/pembaharuan,
untuk kepentingan pembaharuan dan pengubahan tata kerja demi penyesuaian,
kelangsungan hidup, dan pengembangan organisasi di tengah lingkungan yang terus
berubah.
3.
Sosialisasi
atau pembinaan, yakni berkaitan dengan anggota sebagai manusia. Khusus dalam
upaya motivasi, pengimbalan, dan moral kerja.
Sosialisasi berdampak kepada :
a.
Harga diri
anggota
b.
Hubungan
interpersonal dalam organisasi
c.
Motivasi ;
integrasi kepentingan pribadi ke dalam kepentingan organisasi
D.
KOMUNIKASI
ORGANISASI
1.
Definisi
Komunikasi Organisasi
Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi formal adalah komunikasi yang disetujui
oleh organisasi itu sendiri dan sifatnya berorientasi kepentingan organisasi.
Isinya berupa cara kerja di dalam organisasi, produktivitas, dan berbagai
pekerjaan yang harus dilakukan dalam organisasi. Misalnya: memo, kebijakan,
pernyataan, jumpa pers, dan surat-surat resmi. Adapun komunikasi informal
adalah komunikasi yang disetujui secara sosial. Orientasinya bukan pada
organisasi, tetapi lebih kepada anggotanya secara individual.
Korelasi antara ilmu komunikasi dengan organisasi terletak
pada peninjauannya yang terfokus kepada manusia-manusia yang terlibat dalam
mencapai tujuan organisasi itu. Ilmu komunikasi mempertanyakan bentuk
komunikasi apa yang berlangsung dalam organisasi, metode dan teknik apa yang
dipergunakan, media apa yang dipakai, bagaimana prosesnya, faktor-faktor apa
yang menjadi penghambat, dan sebagainya. Jawaban-jawaban bagi
pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah untuk bahan telaah untuk selanjutnya
menyajikan suatu konsepsi komunikasi bagi suatu organisasi tertentu berdasarkan
jenis organisasi, sifat organisasi, dan lingkup organisasi dengan
memperhitungkan situasi tertentu pada saat komunikasi dilancarkan.
2.
Pendekatan
dalam Organisasi
Kita dapat melakukan pendekatan pada organisasi sekurang-kurangnya
melalui empat persepektif: pendekatan manajemen ilmiah atau klasik, pendekatan
hubungan antar manusia, pendekatan sistem, dan pendekatan kultural
(Goldhaber,1990).
a.
Pendekatan
ilmiah
Pendekatan ilmiah menganggap bahwa organisasi harus
menggunakan metoda-metoda ilmiah untuk meningkatkan produktivitas. Berbagai
studi pengendalian secara ilmiah akan memungkinkan manajemen mengidentifikasi
cara-cara atau alat untuk meningkatkan produktivitas, dan pada akhirnya akan
meningkatkan laba. Dalam pandangannya ini produktivitas pada umumnya menyangkut
masalah fisik dan psikologis. Produktivitas dipandang dalam bentuk permintaan
phisik akan pekerjaan dan kemampuan psikologis para pekerjanya.
b.
Pendekatan
hubungan antarmanusia
Pendekatan hubungan antarmanusia berkembang sebagai reaksi
terhadap perhatian eksklusif faktor-faktor phisik dalam mengukur keberhasilan
organisasi. Salah satu asumsi prinsip dari pendekatan hubungan antarmanusia
adalah bahwa kenaikan kepuasan kerja akan mengakibatkan kenaikan produktivitas.
Seorang karyawan yang bahagia adalah karyawan yang produktif. Oleh karena itu,
fungsi manajemen adalah menjaga agar para karyawan terus merasa puas.
c.
Pendekatan
sistem
Pendekatan sistem mengkombinasikan unsur-unsur terbaik dari
pendekatan ilmiah dengan pendekatan hubungan antarmanusia. Pendekaan ini
memandang organisasi sebagai suatu sistem dimana semua bagian berinteraksi dan
setiap bagian mempengaruhi bagian lainnya. Organisasi dipandang sebagai suatu
sistem terbuka-terbuka terhadap informasi baru, responsif terhadap lingkungan,
bersifat dinamis dan selalu berubah.
d.
Pendekatan
kultural
Sebuah pendekatan kontemporer mengenai organisasi
menganggap bahwa perusahaan harus dipandang sebagai suatu kesatuan sosial atau
kultur (pilotta, Widman, & Jasko, 1988;Putnam & Pacanowsky, 1983).
Seperti pada umumnya suatu kelompok atau kultur sosial yang selalu memiliki
aturan mengenai misalnya, perilaku peran, kepahlawanan, dan nilai-nilai, maka
demikian juga suatu organisasi. Oleh karena itu, pada pendekatan ini organisasi
harus meneliti untuk mengidentifikasikan jenis kultur dan norma-norma atau
nilai-nilai spesifik yang dianutnya. Tujuan dari analisis ini adalah untuk
memungkinkan kita bisa memahami bagaimana organisasi berfungsi dan bagaiama hal
itu mempengaruhi dan dipengaruhi oleh para anggotanya (karyawannya) dalam
kultur organisasi itu.
3.
Jaringan
Komunikasi Organisasi
Yang dimaksud dengan jaringan disini adalah saluran yang
digunakan untuk meneruskan pesan dari satu orang ke orang lain. Jaringan ini
dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, kelompok kecil sesuai dengan
sumberdaya yang dimilikinya akan mengembangkan pola komunikasi yang
menggabungkan beberapa struktur jaringan komunikasi. Jaringan komunikasi ini
kemudian merupakan sistem komunikasi umum yang akan digunakan oleh kelompok
dalam mengirimkan pesan dari satu orang ke orang lainnya. Kedua, jaringan
komunikasi ini bisa dipandang sebagai struktur yang diformalkan yang diciptakan
oleh organisasi sebagai sarana komunikasi organisasi.
Struktur jaringan komunikasi
a) Struktur lingkaran
struktur lingkaran tidak memiliki pemimpin.
Semua anggota posisinya sama. Mereka memiliki wewenang atau kekuatan yang sama
untuk mempengaruhi kelompok. Setiap anggota bisa berkomunikasi dengan dua
anggota lain di sisinya.
b) Struktur roda
struktur roda memiliki pemimpin yang jelas,
yaitu yang posisinya di pusa. Orang ini merupakan satu-satunya yang dapat
mengirim dan menerima pesan dari semua anggota. Oleh karena itu, jika seorang
anggota ingin berkomunikasi dengan anggota lain, maka pesannya harus disampaikan
melalui pemimpinnya.
c) Struktur Y
Struktur
Y relatif kurang tersentralisasi dibanding struktur roda, tetapi lebih
tersentralisasi dibanding dengan pola lainnya. Pada struktur Y juga terdapat
pemimpin yang jelas. Tetapi satu anggota lain berperan sebagai pemimpin kedua.
Anggota ini dan mengirimkan dan menerima pesan dari dua orang lainnya. Ketiga
anggota lainnya komunikasinya terbatas hanya dengan satu orang lainnya.
d) Struktur rantai
struktur rantai sama dengan struktur lingkaran
kecuali bahwa para anggota yang paling ujung hanya dapat berkomunikasi dengan
satu orang saja. Keadaan terpusat juga terdapat disini. Orang yang berada di
posisi tengah lebih berperan sebagai pemimpin daripada mereka yang berada di posisis
lain.
e) Struktur semua saluran
Struktur
semua saluran atau pola bintang hampir sama dengan struktur lingkaran dalam
arti semua anggota adalah sama dan semuanya juga memiliki kekuatan yang sama
untuk mempengaruhi anggota lainnya. Akan tetapi, dalam struktur semua saluran,
setiap anggota bisa berkomunikasi dengan setiap anggota lainnya. Pola ini
memungkinkan adanya partisipasi anggota secara optimum.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Komunikasi kelompok mempunyai pengertian sebagai berikut
interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang
telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah,
yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi
anggota-anggota yang lain secara tepat. Di dalam komunikasi kelompok juga mencakup
tentang prinsip, klasifikasi dan karakteristik komunikasinya, fungsi kelompok
serta faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok. Sedangkan Komunikasi
organisasi mempunyai oengertian sebagai berikut pengiriman dan penerimaan
berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu
organisasi. Serta mencakup pendekatan-pendekatan yang terkait dalam komunikasi
organisasi, selain itu terdapat pula jaringan komunikasi dan arus dalam
komunikasi. Serta format interaksi komunikasi organisasi terdiri dari
komunikasi interpersonal, publik dan komunikasi kelompok kecil.
B.
SARAN
Semoga dengan ditulisnya makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Serta dapat mengetahui tentang seluk beluk dalam komunikasi
kelompok dan komunikasi organisasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Ø
Muhammad,
Arni. 1989. KOMUNIKASI ORGANISASI. Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar